Senin, 14 Juni 2010

Satu Milyar Pohon (One Billion Indonesian Trees)

PENANAMAN 1 MILYAR POHON

PROGRAM
penanaman pohon terus digalakkan. Tahun ini, Kementerian Kehutanan menganggarkan Rp600 miliar untuk pengadaan bibit pohon penghijauan.

Tahun depan, dananya lebih fantastis lagi. "Mencapai Rp3 triliun untuk program penanaman satu miliar pohon," kata Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, di Kudus, Jawa Tengah, kemarin.

Cukupkah? jawabannya tidak. Peran swasta juga terus didorong untuk melakukan program yang sama.

Untuk terus memberi semangat, Kementerian Kehutanan juga memberikan penghargaan Wana Lestari bagi kalangan swasta. Pada 2010 ini, sebanyak 19 industri terpilih karena berperan melakukan penghijauan sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan.

Salah satu penerimanya adalah PT Djarum, Kudus, Jawa Tengah. "PT Djarum dan 18 industri perkayuan di Indonesia sangat peduli terhadap masalah kehutanan. Mereka perlu dicontoh oleh semua pihak dengan aktif melakukan penanaman pohon," kata Menteri.

Chief Operating Officer PT Djarum Victor Rachmat menyatakan perusahaannya berkonsentrasi melakukan penghijauan di Jawa Tengah. "Kami terus fokus untuk menanam pohon trembesi di jalan pantura."

Untuk melakukannya, PT Djarum membutuhkan kerja sama dengan sejumlah institusi pemerintah. Ini terakit dengan lahan di tepi jalan yang akan dijadikan target penanaman trembesi. "Trembesi mampu menyerap 28 ton atau sekitar 28.442 kilogram karbon dioksida per pohon per tahun," tandas Victor. Sejak April hingga Mei, PT Djarum berhasil menanam 2.777 batang trembesi di sejumlah daerah.

Dengan dukungan berbagai pihak inilah pemerintah Indonesia tetap yakin akan mematuhi komitmennya menurunkan emisi hingga 26% bahkan sampai 41% pada 2010. "Untuk itu, sektor kehutanan sudah diberi mandat merehabilitasi hutan dan lahan seluas 1,6 juta hektare per tahun," kata Menteri Kehutanan, saat berada di Yogyakarta.

Target itu akan dicapai melalui program rehabilitasi hutan dan lahan.

Sumber : www.mediaindonesia.com

Minggu, 13 Juni 2010

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 23/Menhut-II/2010 DAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 25/Menhut-II


PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : P. 23/Menhut-II/2010
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR
P.14/MENHUT-V/2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN
REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN DANA BAGI HASIL SUMBER
DAYA ALAM KEHUTANAN DANA REBOISASI




PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : P. 25/Menhut-II/2010
TENTANG
PEDOMAN PENYELENGGARAAN REHABILITASI
HUTAN DAN LAHAN TAHUN 2010

Info Lengkap Link : www.dephut.go.id


Kamis, 10 Juni 2010

Sukseskan Penanaman 1 Milyar Pohon Tahun 2010


SUKSESKAN PENANAMAN 1 MILYAR POHON TAHUN 2010
(ONE BILLION INDONESIAN TREES FOR THE WORLD)

Upaya menumbuhkan budaya menanam di masyarakat dilakukan Kementerian Kehutanan melalui berbagai program penanaman. Tercatat program yang telah dilaksanakan antara lain Aksi Penanaman Serentak Indonesia (tahun 2007 dan 2008), Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon (tahun 2007), Pencanangan Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional (tahun 2008), serta Satu Orang Satu Pohon (One Man One Tree - tahun 2009).

Keberhasilan seluruh program tersebut memacu pemerintah untuk meluncurkan program Penanaman 1 Miliar Pohon tahun 2010 dengan motto “Satu Miliar Pohon Indonesia untuk Dunia” atau “One Billion Indonesian Trees for the World”. Penyediaan bibit direncanakan melalui anggaran DIPA BA tahun 2010 sebanyak 36 juta batang, partisipasi para pihak (swasta, BUMN, LSM, Pemda, lembaga donor) 300 juta batang, Hutan Kemasyarakatan dan Hutan Desa 320 juta batang, Rehabilitasi Hutan dan Lahan Daerah Aliran Sungai 300 juta batang, serta Hutan Rakyat Kemitraan sebanyak 50 juta batang.

Melalui program Penanaman 1 Miliar Pohon Tahun 2010 ini Kementerian Kehutanan juga berupaya untuk sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama yang tinggal di sekitar hutan. Beberapa skema yang ditempuh Kementerian Kehutanan adalah melalui Hutan Kemasyarakatan, dimana tahun 2010 ini direncanakan seluas 210.749,64 ha, Hutan Rakyat Kemitraan seluas 203.833 ha, Hutan Desa seluas 10.310 ha, dan pencadangan Hutan Tanaman Rakyat mencapai 480.303 ha. Total luas seluruh skema tersebut mencapai 905.195,64 ha. Apabila setiap Kepala Keluarga (KK) diberikan ijin kelola rata-rata seluas 15 ha, dan melibatkan 4 orang sebagai tenaga kerja, maka sedikitnya 60.346 KK atau 241.384 tenaga kerja terserap dalam pengelolaan hutan ini. Apabila setiap hektare yang dikelola masyarakat dapat menghasilkan 200 m3 kayu dengan harga Rp. 500.000,00/m3, maka setiap hektare lahan dapat menghasilkan 100 juta rupiah, atau Rp 1,5 miliar setiap KK.

Selain program Penanaman 1 Miliar Pohon tahun 2010, suksesnya program One Man One Tree tahun 2009 juga masih dapat ditingkatkan. Apabila pada tahun 2009, 1 orang menanam 1 pohon selama kurun waktu 1 tahun ditingkatkan menjadi 1 orang menanam 1 pohon setiap bulan selama kurun waktu 1 tahun, maka dalam waktu 1 tahun akan tertanam 2,76 miliar pohon!

Secara individu, secara keluarga, kelompok, RT, RW, Desa, Kelurahan, Kecamatan, Wilayah, hingga Pemerintah Daerah harus diupayakan berpartisipasi melakukan penanaman pohon. Kita harus mulai dari diri sendiri, kita mulai dari lingkungan kita sendiri, kita mulai dari sekarang. Mari bersama kita sukseskan Penanaman 1 Milliar Pohon Tahun 2010, ONE BILLION INDONESIAN TREES FOR THE WORLD!

Gerakan penanaman dan pemeliharaan pohon, harus terus digelorakan dan dilakukan secara kontinyu pada setiap tahun masa tanam. Dalam waktu 5 sampai 10 tahun mendatang, bangsa Indonesia akan menikmati indahnya bumi Indonesia hijau berseri dengan masyarakatnya yang sejahtera, jauh dari bencana.

Jakarta, 19 Maret 2010
Kepala Pusat Informasi Kehutanan,
ttd.
Masyhud
NIP. 19561028 198303 1 002


Sumber :www.dephut.go.id

Sambutan Menteri Kehutanan Pada Acara Peringatan Hari Penanggulangan Degradasi Lahan Dan Kekeringan Tahun 2010

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN
PADA ACARA PERINGATAN
HARI PENANGGULANGAN DEGRADASI LAHAN DAN KEKERINGAN TAHUN 2010

Assalamualaikum warakhmatullah wabarakatuh,

Saudara-saudara sekalian yang saya hormati,

Salam sejahtera bagi kita semua.

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, pada hari ini kita dapat berkumpul bersama untuk memperingati Hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan sedunia (World Day to Combat Desertification and Drought). Peringatan Hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan Sedunia ini sangat penting untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat tentang permasalahan degradasi hutan dan lahan yang ada saat ini.

Indonesia meratifikasi konvensi penanggulangan degradasi lahan pada tahun 1998. Hingga saat ini lebih dari 193 negara telah meratifikasi Konvensi Penanggulangan Degadasi Lahan (United Nation Convension to Combat Desertification/UNCCD). Konvensi penanggulangan degradasi lahan diawali pada KTT Bumi (Earth Summit) mengenai pembangunan dan lingkungan di Rio de Janeiro, Brasil, pada bulan Juni 1992. Pada kesempatan itu disepakati suatu rencana menyongsong Abad ke-21 yang merekomendasikan kepada PBB untuk menyusun Convension to Combat Desertification (UNCCD). Setelah melewati beberapa kali pertemuan, akhirnya konvensi tersebut diadopsi pada tanggal 17 Juni 1994 di Paris dengan resolusi PBB no 49/115 tahun 1994, dan tanggal tersebut dinyatakan sebagai Hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan Sedunia (World Day to Combat Desertification and Drought ).

Saudara sekalian yang saya hormati,

Pada peringatan kali ini tema Hari penanggulangan degradasi lahan dan kekeringan Sedunia, adalah "Memperbaiki tanah dimanapun, memperbaiki kehidupan dimana-mana" (Enhancing soils anywhere, enhances life everywhere). Tema ini maknanya sangat dalam. Kita diingatkan bahwa degradasi lahan dan kekeringan sangat terkait dengan aspek-aspek kehidupan manusia, bahkan untuk kehidupan di masa depan. Kondisi tersebut memerlukan peningkatan konsekuensi-konsekuensi sosial, baik untuk menanggulangi penyebab degradasi lahan maupun kebutuhan untuk kerjasama sosial antar negara-negara berkembang dengan negara maju.

Kita semua diingatkan bahwa jika pembangunan berkelanjutan ingin berjalan dengan baik, dan tidak ingin melihat kejadian-kejadian bencana alam yang lebih besar, maka upaya-upaya pemecahan masalah degradasi hutan dan lahan harus terus dilakukan secara bersungguh-sungguh. Peringatan ini juga ditujukan untuk meningkatkan partisipasi dan kerjasama semua pihak yang terkait, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat, di tingkat lokal, nasional dan internasional dalam upaya pengendalian degradasi hutan dan lahan.

Degradasi lahan yang terjadi saat ini tidak hanya terjadi di lahan kawasan hutan saja. Lebih luas terjadi di luar kawasan hutan, termasuk lahan-lahan pekarangan dan di perkotaan. Banyak lahan yang pemanfaatannya tidak sesuai peruntukkannya dan melebihi daya dukungnya. Lahan cekungan cekungan tempat air meresap yang mestinya berfungsi sebagai resapan air, telah diubah menjadi pemukiman mewah.

Banyak lahan mengalami perubahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya, seperti lahan terbuka hijau, pertanian dan perkebunan berubah menjadi bangunan-bangunan sentra bisnis. Hal tersebut tidak hanya menimbulkan degradasi secara above ground saja, namun lebih dari itu juga menimbulkan degradasi secara below ground. Dengan semakin banyaknya biomassa yang terbuang akibat pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan, maka kondisi tanah baik di permukaan maupun dibawah tidak akan lestari.

Saudara-saudara yang saya hormati,

Bagi bangsa Indonesia, peringatan hari Degradasi Lahan dan Kekeringan menjadi momentum yang sangat penting untuk memperbaiki kerusakan hutan dan lahan di Indonesia yang kritis.

Untuk dapat memperbaiki kerusakan hutan dan lahan yang terdegradasi, perlu terus dilakukan upaya penerapan teknik konservasi hutan, tanah, dan air dalam pemanfaatan sumberdaya alam tersebut. Selain itu lahan harus digunakan sesuai peruntukkannya, dan tidak boleh melebihi daya dukungnya.

Saat ini pemerintah sedang mengajak masyarakat untuk gemar menanam pohon, melalui gerakan Indonesia Menanam Satu Milyar Pohon Untuk Dunia atau One Billion Indonesian Trees. Presiden RI pada acara pencanangan Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional, pada bulan Desember 2009, di Padalarang, telah mencanangkan Gerakan menanam 1 Milyar Pohon Untuk Dunia tahun 2010. Mari kita sukseskan gerakan menanam 1 milyar pohon.

Kegiatan ini selain untuk lebih meningkatkan kepedulian berbagai pihak akan pentingnya penanaman dan pemeliharaan pohon, juga merupakan bagian dari upaya mencegah atau mengurangi pemanasan global, dan perubahan iklim dengan memperbanyak penyerap karbon.

Saudara sekalian yang saya hormati,

Sesungguhnya upaya untuk merehabilitasi hutan dan lahan kritis telah dilakukan sejak lama, antara lain melalui kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan), Aksi Penanaman Serentak Indonesia, Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon, serta berbagai kegiatan penanaman yang melibatkan swadaya masyarakat. Upaya ini akan efektif bila dilaksanakan secara berkelanjutan, sehingga menjadi kegiatan yang terus menerus.

Saudara sekalian yang saya hormati,

Kita perlu menyatukan langkah untuk melestarikan kekayaan sumberdaya alam kita, dengan mengelolanya secara bijaksana, untuk kesejahteraan kita bersama secara berkeadilan.

Sudah saatnya kita berdisiplin dan tertib dalam memanfaatkan lahan-lahan yang ada harus betul-betul dimanfaatkan sesuai peruntukkan dan daya dukungnya.

Dalam pemanfaatan sumberdaya hutan, tanah dan air, kita harus terus menerapkan kaidah teknik konservasi. Dengan demikian maka sumberdaya hutan, tanah dan air yang kita manfaatkan akan terjaga kelestarian potensinya, baik kualitas maupun kuantitasnya.

Demikian sambutan saya, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa terus melindungi dan membimbing langkah kita semua, dalam upaya menjaga kelestarian hutan, tanah, dan air di bumi kita tercinta ini. Wassalamualaikum warakhmatullah wabarakatuh.

MENTERI KEHUTANAN,
TTD.
ZULKIFLI HASAN



Sumber : www.dephut.go.id

Rabu, 09 Juni 2010

Pasca Banjir DAS Citarum perlu Penanganan Serius

Kementerian Kehutanan telah menyiapkan upaya-upaya penanganan DAS Citarum pasca banjir melalui berbagai kegiatan yaitu rehabilitasi hutan dan lahan, pembuatan Dam Pengendali sebanyak 280 titik yang mampu menahan/mengendalikan erosi sebanyak 23.8 juta ton/tahun, Dam Penahan sebanyak 2,292 titik dengan total daerah tangkapan sekitar 40,143 ha dan mampu mengendalikan erosi sebanyak 20.4 juta ton/tahun, serta pembuatan sumur resapan sebanyak 378 unit.
DAS Citarum yang luasnya mencapai 727.046 ha merupakan DAS terbesar dan terpanjang di Jawa Barat, yang terdiri dari 12 sub DAS. Didalam DAS ini terdapat tiga waduk besar yaitu waduk saguling, waduk cirata dan waduk jatiluhur. Penanganan DAS Citarum ini perlu mendapatkan penanganan yang serius dari semua pihak mengingat perannya yang sangat penting yaitu sebagai sumber irigasi pertanian 300.000 ha, sumber air minum dan mengendalikan terjadinya banjir di Bandung, Cimahi, Cianjur, Purwakarta, Bekasi, Karawang dan Jakarta.
Banjir yang melanda sejumlah kabupaten di Jawa Barat yang dilalui aliran Sungai Citarum terjadi karena kerusakan lingkungan di hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Luas lahan kritis yang berada di DAS ini mencapai 143.798,49 ha. Kondisi penutupan lahan DAS Citarum saat ini sangat komplek, didominasi oleh lahan sawah tadah hujan dan irigasi. Penutupan hutan hanya 26.544 ha (11,5%). Tingkat erosi DAS Citarum bagian hulu berada dalam kondisi sangat buruk dengan nilai rata-rata sebesar 491 ton/ha/th. Limpasan permukaan di wilayah DAS Citarum bagian hulu ini tergolong tinggi yaitu sekitar 58.3 % dari nilai curah hujan yang terjadi.(#)


Sumber  : www.dephut.go.id.

MONEV DAS: Ditjen RLPS & WWF Gunakan Geotags.

WWF-SmilyDengan menggunakan Teknologi Goetags diharapkan monitoring perubahan pertumbahan vegetasi dapat dilaksanakan dengan efisien.
Pengunaan teknologi ini Dirjen RLPS berkerja sama dengan WWF-Indonesia, yang merupakan salah satu badan Dunia yang peduli dengan lingkungan.
Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (RLPS) Departemen Kehutanan merealisasikan komitmennya untuk mengembangkan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) serta pemantauan perubahan pertumbuhan vegetasi yang lebih efisien.
Komitmen itu diwujudkan melalui program kerjasama ”Pengembangan Monitoring dan Evaluasi Daerah Aliran Sungai dari Aspek Pemantauan Perubahan Pertumbuhan Vegetasi melalui Teknologi Informasi.” Sebagai langkah nyata, dalam kerjasama tersebut, teknologi geotag akan digunakan dalam proses monitoring pertumbuhan pohon.
WWF adalah organisasi konservasi global yang mandiri dan didirikan pada tahun 1961 di Swiss, dengan hampir 5 juta supporter dan memiliki jaringan yang aktif di lebih dari 100 negara dan di Indonesia bergiat di lebih dari 25 kantor lapangan dan 17 provinsi.
Misi WWF-Indonesia adalah menyelamatkan keanekaragaman hayati dan mengurangi dampak ekologis aktivitas manusia melalui: Mempromosikan etika konservasi yang kuat, kesadartahuan dan upaya-upaya konservasi di kalangan masyarakat Indonesia; Memfasilitasi upaya multi-pihak untuk perlindungan keanekaragaman hayati dan proses-proses ekologis pada skala ekoregion; Melakukan advokasi kebijakan, hukum dan penegakan hukum yang mendukung konservasi, dan; Menggalakkan konservasi untuk kesejahteraan manusia, melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan.
Selebihnya tentang WWF-Indonesia, silakan kunjungi website utama organisasi ini di http://www.panda.org; situs lokal di www.wwf.or.id dan situs keanggotaan WWF-Indonesia di www.supporterwwf.org
Untuk pertama kalinya, teknologi geotag diimplementasikan pada acara peringatan ’Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional’, Selasa (08/12), di Pasir Malang, Desa Cimerang, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat.
Dalam acara tersebut, 200 bibit pohon akan ditanam Presiden Republik Indonesia, Dr.H.Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Hj. Ani Bambang Yudhoyono, beserta jajaran menteri dan pejabat tinggi negara lainnya. Penanaman phon tersebut diagendakan di Daerah Tangkapan (catchment area) Waduk Saguling, bagian dari DAS Citarum. Ini merupakan upaya untuk terus mengembangkan upaya reforestasi DAS Citarum yang luasa arealnya mencapai 24 hektar.
Melalui teknologi geotags (pelabelan pohon dengan garis lintang dan garis bujur/koordinat lokasi yang tepat), foto dan lokasi pohon-pohon yang telah ditanam, akan dapat dimonitor secara real time. Pengambilan foto lapangan dilakukan dengan menggunakan telepon seluler yang memiliki fasilitas GPS, kamera, dan 3.5 G HSDPA yang terintegrasi dengan koneksi internet. Kemudian foto pohon akan diberi label geotags dan diunggah ke internet. Hasil pelabelan tersebut dapat dilihat di Yahoo Maps, Google Earth, dan Google Maps.
”Kerjasama Ditjen RLPS dan WWF-Indonesia melalui teknologi geotag ini merupakan salah satu upaya kami untuk mengoptimalkan monitoring dan evaluasi DAS. Supaya nanti pertumbuhan pohon dapat dipantau 6 bulan kemudian, dan seterusnya. Nantinya juga akan kami kembangkan untuk DAS yang kritis. Saat ini di Indonesia ada 108 DAS masuk prioritas satu yang harus ditangani selama periode 2009 – 2014,” ungkap Direktur Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Silver Hutabarat.
Sebagai tahap awal, sasaran pengembangan monitoring dan evaluasi daerah aliran sungai (DAS) dari aspek pemantauan perubahan pertumbuhan vegetasi melalui teknologi informasi akan difokuskan pada DAS Ciliwung, Citarum, Cimanuk dan Dodokan.
WWF-Indonesia optimis, penerapan teknologi informasi geotag akan mampu meningkatkan monitoring dan evaluasi pengelolaan DAS yang akan memberikan dampak signifikan bagi revitalisasi DAS. Sebelumnya WWF telah mengimplementasikan geotag di beberapa lokasi NEWtrees, inisiatif reforestasi WWF-Indonesia.
NEWtrees merupakan sebuah inisiatif yang digagas bersama antara WWF-Indonesia, Nokia dan Equinox Publishing dalam rangka penanaman pohon kembali di areal Taman Nasional atau Hutan Lindung. Pada perjalanannya, sejumlah lembaga dan perusahaan telah berpartisipasi dalam program tersebut. Proyek penanaman pohon ini memberikan wacana baru bagi masyarakat guna membantu proses reforestasi untuk melindungi taman nasional dan mengawasi pertumbuhan pohon-pohon melalui Geotags (pelabelan pohon dengan garis lintang dan garis bujur/koordinat lokasi yang tepat). Informasi lebih lanjut mengenai NEWtrees, kunjungi www.wwf.or.id/newtrees
”Geotagging NEWtrees telah diujicobakan di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah dan Hutan Lindung Rinjani, di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat. Selama 2 tahun terakhir WWF telah aktif bekerjasama dengan PHKA dan Pemda setempat untuk memonitor perkembangan pohon-pohon yang ditanam secara periodik. Dengan demikian juga nantinya diharapkan akan mampu meningkatkan kepedulian masyarakat secara luas mengenai pentingnya manfaat pengelolaan DAS ”jelas Direktur Kebijakan dan Pemberdayaan WWF-Indonesia, Nazir Foead.
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi:
1. Silver Hutabarat, Direktur Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, silver@dephut.go.id
2. Nazir Foead, Direktur Kebijakan dan Pemberdayaan WWF-Indonesia, nfoead@wwf.or.id

Sumber : www.wwf.org.id dan http://indohijau.net/archives/monitoring-dan-evaluasi-das-ditjen-rlps-wwf-
               gunakan-geotags/

DEPHUT : PENANAMAN 1 MILIYAR POHON

Pada Tahun 2009 yang lalu Indonesia suskes menanam 230 juta pohon melalui Gerakan One Man One Tree.
Berlandaskan kesusksesan tersebut, tahun ini Departemen Kehutanan mencanangkan menanam 1 miliar pohon. Sebagai bagian dari Negeri ini, sepantasnya program tersebut kita dukung bersama-sama.

Tahun 2009, telah sukses dilakukan penanaman 230 juta pohon melalui Gerakan One Man One Tree. Pada tahun 2010 ini kita bangsa Indonesia akan melakukan penanaman dan pemeliharaan 1 miliar pohon. Penanaman dan pemeliharaan pohon, bertujuan untuk perbaikan lingkungan, rehabilitasi hutan, lahan, tanah dan air, serta mengendalikan bencana banjir, longsor dan kekeringan.
Untuk memenuhi penyediaan bibit sebanyak 1 miliar pohon, direncanakan sumber bibit berasal dari (1) Sumber anggaran DIPA BA tahun 2010 sebanyak 36 juta batang, (2) Partisipasi para pihak, seperti swasta, BUMN, LSM, Pemda dan lembaga donor, sebanyak 300 juta batang, (3) Hutan Kemasyarakatan dan Hutan Desa, seluas 500.000 ha (200.000 ha di Hutan Lindung dan 300 ha di Hutan Produksi), dengan jumlah bibit keseluruhan 320 juta batang, (4) RHL DAS seluas 300.000 ha dengan jumlah bibit 300 juta batang, (5) Hutan Rakyat Kemitraan seluas 50.000 ha dengan jumlah bibit 50 juta batang.
Demikian bunyi siaran pers yang keluarkan oleh Departemen Kehutanan pada tanggal 15 Januari 2010 yang lalu. Siaran pers tersebut di tandatangani oleh Kepala Pusat Informasi Kehutanan.
Mungkinkah ? Seharusnya mungkin, jika pada tahun 2009 dengan Gerakan One Man One Tree kita berhasil menanam 230 juta pohon, mungkin untuk tahun 2010 ini ditingkatkan lagi, bukan one man one tree, tetapi “one man five tree”, sehingga target tersebut dengan mudah bisa dicapai.
Tidak disebutkan secara spesifik program apa yang akan dilaksanakan untuk memelihara tanaman yang sudah ditanam pada tahun 2009. Jika hanya ditaman tanpa dipelihara, penanaman 230 juta pohon tersebut tidak akan menghasilkan 230 juta pohon, karena tanaman yang dipelihara dengan sangat baik saja tingkat kehidupannya hanya sekitar 90%.
Namun terlepas dari itu semua, sepantasnya kita dukung program tersebut. Tanpa dukungan masyarakat Indonesia ( bukan masyarakat kehutanan Indonesia ), Departemen Kehutanan tidak akan pernah berhasil melaksanakan program tersebut.

Sumber : Siaran Pers Departemen Kehutanan No. s.24/PIK-01/2010.