Senin, 30 Mei 2011

Pulau Borneo, Pusat Flora Dunia

Pulau Borneo memiliki flora yang terkaya di Kepulauan Sunda. Keragaman pohon pada sepetak hutan kecil disana sama tingginya dengan keragaman pohon diseluruh Pulau Papua atau Amerika Selatan. Pulau ini merupakan pusat keragaman tumbuhan, karena terdapat 10.000 sampai 15.000 jenis tumbuhan berbunga. Floranya sekaya flora diseluruh Afrika, walaupun Afrika luasnya 40 kali lebih besar dari Borneo. Keragaman jenis flora di Pulau Borneo mencakup unsur Asia dan Australia dengan lebih dari 3000 jenis pohon ada disana, termasuk 267 jenis Dipterocarpaceae (58% merupakan jenis Dipterocarpaceae endemik) yang merupakan kelompok kayu perdagangan terpenting di Asia. Ada lebih dari 2000 jenis anggrek, 1000 jenis pakis serta berbagai jenis kantong semar (Nepenthes sp.). Tingkat endemis tumbuhanya pun sangat tinggi yaitu 34% jenis tumbuhan dan 59 marga tumbuhan hanya terdapat di pulau ini.

Faktor yang mendukung Pulau Borneo memiliki tingkat keanekaragaman hayati dan flora yang tinggi adalah karena Pulau Borneo memiliki kondisi geografis yang mendukung. Mayoritas wilayahnya yang berada didaerah pesisir pantai dan sungai serta ketinggian hampir separuh wilayahnya dibawah 150 meter dari permukaan laut, membuat Pulau Borneo menjadi tempat ideal untuk tumbuhnya berbagai macam flora. Kondisi geologi dan tanah di Pulau Borneo juga menjadi faktor pendukung, kondisi batuan yang didominasi batuan dasar serta kondisi tanah yang sebagian besar berkembang pada dataran bergelombang dan pegunungan mempengaruhi penyebaran vegetasi di pulau itu. Iklim memegang peran penting dalam distribusi jenis flora. Pulau Borneo yang terletak dikawasan khatulistiwa memiliki iklim tropis dengan suhu relatif konstan sepanjang tahun berkisar antara 25º – 35º C. selain suhu yang konstan, curah hujan di pulau ini pun tinggi yaitu minimum 60 mm per bulan. Kombinasi antara suhu yang konstan serta tingginya curah hujan dan distribusinya yang merata mendukung kondisi hutan di Pulau Borneo untuk selalu hijau sepanjang tahun.

Pulau Borneo merupakan pulau ketiga terbesar di dunia setelah Greenland dan keseluruhan Pulau Irian. Pulau Borneo terletak di tiga wilayah negara, yaitu wilayah Negara Republik Indonesia (Kalimantan), wilayah Negara Malaysia (Serawak, Sabah) dan wilayah Kesultanan Brunai Darusalam. Pulau Borneo termasuk dalam Kepulauan Sunda yang merupakan sebutan untuk gugusan pulau-pulau pada sebelah barat Nusantara. Kepulauan Sunda terbagi menjadi dua, yaitu Kepulauan Sunda Besar: Kalimantan, Jawa, Sumatera dan Kepulauan Sunda Kecil: Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Sumba, Timor, Kepulauan Barat Daya, dan Kepulauan Tanimbar.

Tingginya keanekaragaman flora di Pulau Borneo merupakan aset berharga khususnya bagi bangsa Indonesia dan dunia pada umumnya. Banyak manfaat yang bisa didapat dari tingginya keragaman flora tersebut seperti sebagai sumber pembersih dan penyedia udara segar, pengatur iklim dunia, pemelihara kesuburan tanah, penyedia air tanah, hasil hutan, obat-obatan dan juga sumber kehidupan masyarakat. Adalah menjadi tugas kewajiban kita bersama untuk menjaga kelestarian memulihkan potensi dan fungsi kekayaan keanekaragaman flora dan fauna tersebut.

sumber: www.dephut.go.id

Senin, 11 April 2011

PELATIHAN ANALISA PEMANGKU KEPENTINGAN (STAKEHOLDER) DAN ANALISA MASALAH DALAM PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN DAS TERPADU Yogyakarta, 29 Maret – 1

PELATIHAN ANALISA PEMANGKU KEPENTINGAN
(STAKEHOLDER) DAN ANALISA MASALAH DALAM PENYUSUNAN
RENCANA PENGELOLAAN DAS TERPADU
Yogyakarta, 29 Maret – 1 April 2011
Kerusakan DAS dipercepat oleh peningkatan pemanfaatan sumber daya alam
sebagai akibat dari pertambahan penduduk dan perkembangan ekonomi, konflik
kepentingsan dan kurang keterpaduan antar sektor, antar wilayah hulu hilir,
terutama pada era otonomi daerah dimana sumber daya alam ditempatkan sebagai
sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Guna mempertahankan sumberdaya alam agar berfungsi optimal untuk menjamin
keseimbangan lingkungan dan tata air DAS serta memberikan manfaat sosial
ekonomi yang nyata bagi masyarakat, maka diperlukan pengelolaan DAS secara
terpadu yang melibatkan pemangku kepentingan (stakeholder) pengelolaan sumber
daya alam yang terdiri dari unsur-unsur masyarakat, dunia usaha, pemerintah pusat
dan daerah dengan prinsip-prinsip keterpaduan, kesetaraan, dan berkomitmen untuk
menerapkan penyelenggaraan pengelolaan sumber daya alam yang adil, efektif,
efisien dan berkelanjutan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.39/Menhut-II/2009 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu,
penyelenggaraan pengelolaan DAS terpadu memerlukan perencanaan komprehensif
yang mengakomodir berbagai pemangku kepentingan dalam suatu DAS. Peran para
pemangku kepentingan tersebut perlu dianalisis untuk mengidentifikasi dan
mendeskripsikan para pihak yang akan saling mempengaruhi keberlangsungan
pelaksanaan pengelolaan DAS yang direncanakan.

Pada umumnya BPDAS masih kesulitan dalam melaksanakan proses analisa peran
para pemangku kepentingan dan analisa masalah diamanatkan dalam pedoman
tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diadakan pelatihan analisa
pemangku kepentingan, analisa masalah dan penyusunan logika kerangka kerja
(logical framework) dalam penyusunan Rencana Pengelolaan DAS Terpadu bagi
Kepala Seksi Kelembagaan DAS sehingga Rencana Pengelolaan DAS Terpadu dapat
menghasilkan output yang optimal dan seperti yang diharapkan.
Setelah mengikuti pelatihan ini para peserta diharapkan mampu untuk
melaksanakan proses penyusunan Rencana Pengelolaan DAS Terpadu seperti yang
diamanatkan Permenhut Nomor : P.39/Menhut-II/2009 tentang Pedoman rencana
Pengelolaan DAS Terpadu khususnya pada proses analisa peran pemangku
kepentingan (stakeholder), analisa masalah dan tujuan serta penyusunan logika
kerangka kerja (logical framework).

Pelatihan Analisa Pemangku Kepentingan dan Analisa Masalah dalam Penyusunan
Rencana Pengelolaan DAS Terpadu diselenggarakan oleh Direktorat Perencanaan
dan Evaluasi Pengelolaan DAS, Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan
Perhutanan Sosial dan dibuka oleh Direktur PEPDAS pada tanggal 29 Maret 2011
bertempat di Yogyakarta. Peserta Pelatihan Analisa Pemangku Kepentingan dan Analisa Masalah dalam

Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS Terpadu berjumlah 43 orang yang terdiri dari
para Kepala Seksi Kelembagaan pada Balai Pengelolaan DAS, Perwakilan Kepala
Seksi lingkup Direktorat Perencanaan dan Evaluasi Pengelolaan DAS dan Direktorat
Jenderal BPDAS dan PS.
Pengajar/Instruktur berasal dari Kementerian Kehutanan dan Pakar, yaitu: Dr. Ir.
Eka W. Soegiri, MM., Dr. Ir. Syaiful Anwar, MSc., Dr. Ir. Silver Hutabarat, MSc., Dr.
Hiras Sidabutar, Dra. Yani Septiani, MSc. dan Ir. Lasmini.

Materi yang diajarkan pada Pelatihan Analisa Pemangku Kepentingan dan Analisa
Masalah dalam Penyusunan Rencana Pengelolan DAS Terpadu adalah sebagai
berikut:
1. Arahan Umum tentang Pengelolaan DAS Terpadu (1 JPL)
2. Informasi Umum tentang Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS Terpadu (2
JPL)
3. Identifikasi dan Analisa Pemangku Kepentingan (Stakeholder) (5 JPL)
4. Analisa Masalah dan Analisa Tujuan (5 JPL)
5. Logika Kerangka Kerja (4 JPL)
6. Praktek Proses Penyusunan Perencanaan (5 JPL)
7. Review Kerja Kelompok (2 JPL)

Berdasarkan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan ini, pada umumnya
para peserta latih menginginkan diadakannya pelatihan lanjutan dengan materimateri yang berbeda untuk memantapkan kemampuan dan keterampilan para
Kepala Seksi.

sekaligus menutup kegiatan.

sumber: www.dephut.go.id

Minggu, 23 Januari 2011

PBB: 2011 adalah Tahun Hutan Internasional

Oleh Alex Pangestu | Selasa, 4 Januari 2011 | lingkungan

PBB: 2011 adalah Tahun Hutan Internasional

Isro Adi Harso/Fotokita.net

PBB menetapkan 2011 sebagai Tahun Hutan Internasional demi meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya hutan bagi kehidupan.

Dengan menyelamatkan hutan, bukan hanya keragaman satwa yang terpelihara, ada tujuan besar lain yang akan dicapai. Tujuan tersebut adalah mengurangi kemiskinan, menekan laju perubahan iklim, serta mempertahankan laju perkembangan. Demikian tertera pada pernyataan International Union for Conservation of Nature (IUCN).

"2011 harus jadi tahun bagi dunia untuk menyadari pentingnya hutan bagi kehidupan di Bumi, untuk orang dan keanekaragaman hayati," kata Julia Marton-Lefèvre, direktur IUCN. Pada tahun 2011, IUCN berencana menghasilkan temuan baru dari berbagai penelitian, mempromosikan restorasi, dan melanjutkan agenda REDD+ yang sudah berjalan pada tahun 2010.

IUCN menjelaskan kondisi hutan saat ini yang merupakan tempat bagi 80 persen keanekaragaman hayati sekaligus tempat tinggal bagi 300 juta orang. Hutan juga menjadi tumpuan hidup 1,6 miliar orang.

Hutan mampu menyimpan karbon lebih banyak dibandingkan udara. Artinya, menurut IUCN, menyelamatkan hutan merupakan upaya paling efektif untuk mengurangi emisi karbon.

Tahun 2010 lalu ditetapkan sebagai Tahun Keanekaragaman Hayati. Selama satu dekade, dari 2011 sampai 2020, ditetapkan PBB sebagai Dekade Keanekaragaman Hayati.

Sumber: LiveScience
Sumber : www.nationalgeografic.co.id

Senin, 14 Juni 2010

Satu Milyar Pohon (One Billion Indonesian Trees)

PENANAMAN 1 MILYAR POHON

PROGRAM
penanaman pohon terus digalakkan. Tahun ini, Kementerian Kehutanan menganggarkan Rp600 miliar untuk pengadaan bibit pohon penghijauan.

Tahun depan, dananya lebih fantastis lagi. "Mencapai Rp3 triliun untuk program penanaman satu miliar pohon," kata Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, di Kudus, Jawa Tengah, kemarin.

Cukupkah? jawabannya tidak. Peran swasta juga terus didorong untuk melakukan program yang sama.

Untuk terus memberi semangat, Kementerian Kehutanan juga memberikan penghargaan Wana Lestari bagi kalangan swasta. Pada 2010 ini, sebanyak 19 industri terpilih karena berperan melakukan penghijauan sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan.

Salah satu penerimanya adalah PT Djarum, Kudus, Jawa Tengah. "PT Djarum dan 18 industri perkayuan di Indonesia sangat peduli terhadap masalah kehutanan. Mereka perlu dicontoh oleh semua pihak dengan aktif melakukan penanaman pohon," kata Menteri.

Chief Operating Officer PT Djarum Victor Rachmat menyatakan perusahaannya berkonsentrasi melakukan penghijauan di Jawa Tengah. "Kami terus fokus untuk menanam pohon trembesi di jalan pantura."

Untuk melakukannya, PT Djarum membutuhkan kerja sama dengan sejumlah institusi pemerintah. Ini terakit dengan lahan di tepi jalan yang akan dijadikan target penanaman trembesi. "Trembesi mampu menyerap 28 ton atau sekitar 28.442 kilogram karbon dioksida per pohon per tahun," tandas Victor. Sejak April hingga Mei, PT Djarum berhasil menanam 2.777 batang trembesi di sejumlah daerah.

Dengan dukungan berbagai pihak inilah pemerintah Indonesia tetap yakin akan mematuhi komitmennya menurunkan emisi hingga 26% bahkan sampai 41% pada 2010. "Untuk itu, sektor kehutanan sudah diberi mandat merehabilitasi hutan dan lahan seluas 1,6 juta hektare per tahun," kata Menteri Kehutanan, saat berada di Yogyakarta.

Target itu akan dicapai melalui program rehabilitasi hutan dan lahan.

Sumber : www.mediaindonesia.com

Minggu, 13 Juni 2010

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 23/Menhut-II/2010 DAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 25/Menhut-II


PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : P. 23/Menhut-II/2010
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR
P.14/MENHUT-V/2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN
REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN DANA BAGI HASIL SUMBER
DAYA ALAM KEHUTANAN DANA REBOISASI




PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : P. 25/Menhut-II/2010
TENTANG
PEDOMAN PENYELENGGARAAN REHABILITASI
HUTAN DAN LAHAN TAHUN 2010

Info Lengkap Link : www.dephut.go.id


Kamis, 10 Juni 2010

Sukseskan Penanaman 1 Milyar Pohon Tahun 2010


SUKSESKAN PENANAMAN 1 MILYAR POHON TAHUN 2010
(ONE BILLION INDONESIAN TREES FOR THE WORLD)

Upaya menumbuhkan budaya menanam di masyarakat dilakukan Kementerian Kehutanan melalui berbagai program penanaman. Tercatat program yang telah dilaksanakan antara lain Aksi Penanaman Serentak Indonesia (tahun 2007 dan 2008), Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon (tahun 2007), Pencanangan Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional (tahun 2008), serta Satu Orang Satu Pohon (One Man One Tree - tahun 2009).

Keberhasilan seluruh program tersebut memacu pemerintah untuk meluncurkan program Penanaman 1 Miliar Pohon tahun 2010 dengan motto “Satu Miliar Pohon Indonesia untuk Dunia” atau “One Billion Indonesian Trees for the World”. Penyediaan bibit direncanakan melalui anggaran DIPA BA tahun 2010 sebanyak 36 juta batang, partisipasi para pihak (swasta, BUMN, LSM, Pemda, lembaga donor) 300 juta batang, Hutan Kemasyarakatan dan Hutan Desa 320 juta batang, Rehabilitasi Hutan dan Lahan Daerah Aliran Sungai 300 juta batang, serta Hutan Rakyat Kemitraan sebanyak 50 juta batang.

Melalui program Penanaman 1 Miliar Pohon Tahun 2010 ini Kementerian Kehutanan juga berupaya untuk sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama yang tinggal di sekitar hutan. Beberapa skema yang ditempuh Kementerian Kehutanan adalah melalui Hutan Kemasyarakatan, dimana tahun 2010 ini direncanakan seluas 210.749,64 ha, Hutan Rakyat Kemitraan seluas 203.833 ha, Hutan Desa seluas 10.310 ha, dan pencadangan Hutan Tanaman Rakyat mencapai 480.303 ha. Total luas seluruh skema tersebut mencapai 905.195,64 ha. Apabila setiap Kepala Keluarga (KK) diberikan ijin kelola rata-rata seluas 15 ha, dan melibatkan 4 orang sebagai tenaga kerja, maka sedikitnya 60.346 KK atau 241.384 tenaga kerja terserap dalam pengelolaan hutan ini. Apabila setiap hektare yang dikelola masyarakat dapat menghasilkan 200 m3 kayu dengan harga Rp. 500.000,00/m3, maka setiap hektare lahan dapat menghasilkan 100 juta rupiah, atau Rp 1,5 miliar setiap KK.

Selain program Penanaman 1 Miliar Pohon tahun 2010, suksesnya program One Man One Tree tahun 2009 juga masih dapat ditingkatkan. Apabila pada tahun 2009, 1 orang menanam 1 pohon selama kurun waktu 1 tahun ditingkatkan menjadi 1 orang menanam 1 pohon setiap bulan selama kurun waktu 1 tahun, maka dalam waktu 1 tahun akan tertanam 2,76 miliar pohon!

Secara individu, secara keluarga, kelompok, RT, RW, Desa, Kelurahan, Kecamatan, Wilayah, hingga Pemerintah Daerah harus diupayakan berpartisipasi melakukan penanaman pohon. Kita harus mulai dari diri sendiri, kita mulai dari lingkungan kita sendiri, kita mulai dari sekarang. Mari bersama kita sukseskan Penanaman 1 Milliar Pohon Tahun 2010, ONE BILLION INDONESIAN TREES FOR THE WORLD!

Gerakan penanaman dan pemeliharaan pohon, harus terus digelorakan dan dilakukan secara kontinyu pada setiap tahun masa tanam. Dalam waktu 5 sampai 10 tahun mendatang, bangsa Indonesia akan menikmati indahnya bumi Indonesia hijau berseri dengan masyarakatnya yang sejahtera, jauh dari bencana.

Jakarta, 19 Maret 2010
Kepala Pusat Informasi Kehutanan,
ttd.
Masyhud
NIP. 19561028 198303 1 002


Sumber :www.dephut.go.id

Sambutan Menteri Kehutanan Pada Acara Peringatan Hari Penanggulangan Degradasi Lahan Dan Kekeringan Tahun 2010

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN
PADA ACARA PERINGATAN
HARI PENANGGULANGAN DEGRADASI LAHAN DAN KEKERINGAN TAHUN 2010

Assalamualaikum warakhmatullah wabarakatuh,

Saudara-saudara sekalian yang saya hormati,

Salam sejahtera bagi kita semua.

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, pada hari ini kita dapat berkumpul bersama untuk memperingati Hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan sedunia (World Day to Combat Desertification and Drought). Peringatan Hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan Sedunia ini sangat penting untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat tentang permasalahan degradasi hutan dan lahan yang ada saat ini.

Indonesia meratifikasi konvensi penanggulangan degradasi lahan pada tahun 1998. Hingga saat ini lebih dari 193 negara telah meratifikasi Konvensi Penanggulangan Degadasi Lahan (United Nation Convension to Combat Desertification/UNCCD). Konvensi penanggulangan degradasi lahan diawali pada KTT Bumi (Earth Summit) mengenai pembangunan dan lingkungan di Rio de Janeiro, Brasil, pada bulan Juni 1992. Pada kesempatan itu disepakati suatu rencana menyongsong Abad ke-21 yang merekomendasikan kepada PBB untuk menyusun Convension to Combat Desertification (UNCCD). Setelah melewati beberapa kali pertemuan, akhirnya konvensi tersebut diadopsi pada tanggal 17 Juni 1994 di Paris dengan resolusi PBB no 49/115 tahun 1994, dan tanggal tersebut dinyatakan sebagai Hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan Sedunia (World Day to Combat Desertification and Drought ).

Saudara sekalian yang saya hormati,

Pada peringatan kali ini tema Hari penanggulangan degradasi lahan dan kekeringan Sedunia, adalah "Memperbaiki tanah dimanapun, memperbaiki kehidupan dimana-mana" (Enhancing soils anywhere, enhances life everywhere). Tema ini maknanya sangat dalam. Kita diingatkan bahwa degradasi lahan dan kekeringan sangat terkait dengan aspek-aspek kehidupan manusia, bahkan untuk kehidupan di masa depan. Kondisi tersebut memerlukan peningkatan konsekuensi-konsekuensi sosial, baik untuk menanggulangi penyebab degradasi lahan maupun kebutuhan untuk kerjasama sosial antar negara-negara berkembang dengan negara maju.

Kita semua diingatkan bahwa jika pembangunan berkelanjutan ingin berjalan dengan baik, dan tidak ingin melihat kejadian-kejadian bencana alam yang lebih besar, maka upaya-upaya pemecahan masalah degradasi hutan dan lahan harus terus dilakukan secara bersungguh-sungguh. Peringatan ini juga ditujukan untuk meningkatkan partisipasi dan kerjasama semua pihak yang terkait, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat, di tingkat lokal, nasional dan internasional dalam upaya pengendalian degradasi hutan dan lahan.

Degradasi lahan yang terjadi saat ini tidak hanya terjadi di lahan kawasan hutan saja. Lebih luas terjadi di luar kawasan hutan, termasuk lahan-lahan pekarangan dan di perkotaan. Banyak lahan yang pemanfaatannya tidak sesuai peruntukkannya dan melebihi daya dukungnya. Lahan cekungan cekungan tempat air meresap yang mestinya berfungsi sebagai resapan air, telah diubah menjadi pemukiman mewah.

Banyak lahan mengalami perubahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya, seperti lahan terbuka hijau, pertanian dan perkebunan berubah menjadi bangunan-bangunan sentra bisnis. Hal tersebut tidak hanya menimbulkan degradasi secara above ground saja, namun lebih dari itu juga menimbulkan degradasi secara below ground. Dengan semakin banyaknya biomassa yang terbuang akibat pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan, maka kondisi tanah baik di permukaan maupun dibawah tidak akan lestari.

Saudara-saudara yang saya hormati,

Bagi bangsa Indonesia, peringatan hari Degradasi Lahan dan Kekeringan menjadi momentum yang sangat penting untuk memperbaiki kerusakan hutan dan lahan di Indonesia yang kritis.

Untuk dapat memperbaiki kerusakan hutan dan lahan yang terdegradasi, perlu terus dilakukan upaya penerapan teknik konservasi hutan, tanah, dan air dalam pemanfaatan sumberdaya alam tersebut. Selain itu lahan harus digunakan sesuai peruntukkannya, dan tidak boleh melebihi daya dukungnya.

Saat ini pemerintah sedang mengajak masyarakat untuk gemar menanam pohon, melalui gerakan Indonesia Menanam Satu Milyar Pohon Untuk Dunia atau One Billion Indonesian Trees. Presiden RI pada acara pencanangan Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional, pada bulan Desember 2009, di Padalarang, telah mencanangkan Gerakan menanam 1 Milyar Pohon Untuk Dunia tahun 2010. Mari kita sukseskan gerakan menanam 1 milyar pohon.

Kegiatan ini selain untuk lebih meningkatkan kepedulian berbagai pihak akan pentingnya penanaman dan pemeliharaan pohon, juga merupakan bagian dari upaya mencegah atau mengurangi pemanasan global, dan perubahan iklim dengan memperbanyak penyerap karbon.

Saudara sekalian yang saya hormati,

Sesungguhnya upaya untuk merehabilitasi hutan dan lahan kritis telah dilakukan sejak lama, antara lain melalui kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan), Aksi Penanaman Serentak Indonesia, Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon, serta berbagai kegiatan penanaman yang melibatkan swadaya masyarakat. Upaya ini akan efektif bila dilaksanakan secara berkelanjutan, sehingga menjadi kegiatan yang terus menerus.

Saudara sekalian yang saya hormati,

Kita perlu menyatukan langkah untuk melestarikan kekayaan sumberdaya alam kita, dengan mengelolanya secara bijaksana, untuk kesejahteraan kita bersama secara berkeadilan.

Sudah saatnya kita berdisiplin dan tertib dalam memanfaatkan lahan-lahan yang ada harus betul-betul dimanfaatkan sesuai peruntukkan dan daya dukungnya.

Dalam pemanfaatan sumberdaya hutan, tanah dan air, kita harus terus menerapkan kaidah teknik konservasi. Dengan demikian maka sumberdaya hutan, tanah dan air yang kita manfaatkan akan terjaga kelestarian potensinya, baik kualitas maupun kuantitasnya.

Demikian sambutan saya, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa terus melindungi dan membimbing langkah kita semua, dalam upaya menjaga kelestarian hutan, tanah, dan air di bumi kita tercinta ini. Wassalamualaikum warakhmatullah wabarakatuh.

MENTERI KEHUTANAN,
TTD.
ZULKIFLI HASAN



Sumber : www.dephut.go.id